Panduan Lengkap : Tutorial Instalasi Ubuntu Server 14.04

03.31 Unknown 0 Comments


1.Langkah pertama yang harus anda lakukan adalah memasukkan CD installer pada server anda. Jangan lupa untuk mengubah boot priority sehingga CD / DVD menjadi prioritas pertama boot.
Apabila anda melakukan instalasi pada virtual machine, anda bisa mengaitkan ISO image yang baru anda unduh ke vm yang anda buat. Beberapa software virtualisasi juga meminta anda untuk mengaktifkan pengkaitan ISO ini, jadi meskipun sudah didefinisikan CD mana yang akan digunakan anda tetap harus mengaktifkan penggunaan CD tersebut. Secara default priority boot virtual machine yang masih kosong akan menggunakan CD sebagai pilihan pertama.

2.Pilih bahas menu instalasi













3.Setelah anda memilih bahasa yang akan anda gunakan pada saat instalasi anda akan dihadapkan pada menu utama instalasi. Pilih Install Ubuntu Server

 4.Pilih bahasa untuk instalasi dan sistem .
5.Pilih lokasi tampat kita berada .
6.Deteksi Keyboard , akan muncul 2 pilihan kita pilih NO .
7.Pilih jenis Keyboard yang digunakan .
8.Pilih Layout Keyboard .
9.Setting HostName nya .
10.Masukkan informasi User . Masukkan nama lengkap user, anda bisa memasukkan informasi nama lengkap sama dengan username. Username akan dikonfigurasi di langkah selanjutnya.
11.Setting User Name anda .

12.Setting Password anda gannn .
13.Masukkan kembali password yang sama , ini berguna untuk mengkonfirmasi password .
14.Enkripsi directory home .
Enkripsi disk akan menambah keamanan data pada sistem anda, apabila banyak data penting dan rahasia atau anda berada di industri yang sangat diregulasi seperti keuangan atau perbankan sangat mungkin anda butuh mengenkripsi direktori home sistem anda.
Cek juga regulasi industri anda bisa jadi enkripsi direktori home sistem diharuskan oleh peraturan dari pemerintah.
15.Setting time zone . Bagian ini adalah setting time zone atau zona waktu yang akan pilih. Installer akan mencoba untuk mendeteksi lokasi anda dan menawarkan timezone yang sesuai. Apabila timezone yang ditawarkan benar anda cukup memilih Yes

16.Konfigurasi Partisi .
Ada empat cara konfigurasi partisi yang dapat dilakukan oleh installer Ubuntu.
  • Guided – use entire disk. Pilihan ini akan membuat installer melakukan partisi otomatis pada harddisk anda tanpa LVM (Logical Volume Management).
  • Guided – use entire disk and set up LVM. Pilihan ini juga meminta installer melakukan partisi secara otomatis tetapi dengan membuat LVM.
  • Guided – use entire disk and set up encrypted LVM. Piihan ini mirip dengan pilihan sebelumnya hanya saja LVM yang ada akan di enkripsi.
  • Manual. Pilihan ini mengharuskan anda mendefinisikan partisi secara manual.
Pada tutorial ini kita akan menggunakan pilihan kedua yaitu Guided – use entire disk and set up LVM

17.Pilih Disk untuk Partisi .
18.Konfirmasi Konfigurasi partisi disk .
19.Setting ukuran disk untuk di partisi .
20.Konfirmasi final Partisi . Konfirmasi final yang perlu anda lakukan sebelum installer mempartisi disk sesuai permmintaan anda. Apabila anda sudah yakin pilih Yes
21.Instalasi Sistem .
22.Konfigurasi Proxy . Konfigurasi ini tidak selalu anda butuhkan, tergantun kondisi network dilingkungan anda. Apabila anda tidak yakin anda bisa bertanya pada Network Administrator di kantor / kampus anda. Apabila anda tidak harus menggunakan proxy anda bisa mengosongkan kolom proxy dan memilih Continue
Berikut  informasi dibalik layar yang akan muncul ,
Ini bukan halaman yang menjadi bagian dari proses instalasi. Apabila anda ingin melihat proses apa dibelakang layar atau log anda bisa menekan CTRL + ALT + F4. Tampilan yang akan anda dapatkan kurang lebih seperti dibawah ini. Untuk kembali ke halaman instalasi anda bisa menekan CTRL + ALT + F1.
23.Konfigurasi Update .
24.Pilih software yang mungkin anda gunakan .
Di halaman ini anda bisa memilih software atau piranti lunak apa saja yang ingin anda install di server Ubuntu anda. Anda bisa memilih sesuai kebutuhan, tutorial ini hanya akan memilih OpenSSH server, tujuannya agar sistem terinstall seminimalis mungkin dan hanya menginstall OpenSSH server dengan tujuan agar kita dapat melakukan login secara remote untuk mengadministrasi server Ubuntu ini.
25.Instalasi Bootloader .
Bootloader adalah aplikasi yang pertama kali akan di load oleh sistem. Ubuntu menggunakan GRUB sebagai boot loader default. GRUB merupakan singkatan dari GRand Unified Bootloader. Bootloader ini bisa digunakan untuk memilih sistem operasi mana yang akan anda gunakan apabila sistem anda memiliki lebih dari satu sistem operasi, misalnya dual boot Windows dan Linux.

Untuk Ubuntu Server apabila anda menggunakan server ini untuk Server sungguhan, maksud saya bukan hanya untuk belajar atau percobaan anda tetap harus menginstall GRUB. GRUB dapat bermanfaat untuk memilih versi kernel yang anda pilih apabila terdapat lebih dari satu kernel terinstall di sistem Ubuntu Server anda.
26.Instalasi ubuntunya sudah selesai gan , pilih Continue.
27.Selesaikan Proses instalasi .
28.BootLoader ubntu server .
Setelah proses instalasi selesai, installer akan me-reboot komputer anda. Setelah proses booting selesai anda akan dihadapkan pada menu bootloader GRUB.
Pilihan default akan membawa anda ke sistem ubuntu yang baru saja anda install. Anda tidak harus memilih karena bootloader memiliki opsi timeout sehingga setelah sekian detik pilihan default akan diambil.
Pilihan lain yang ada dihalaman ini adalah advanced options dimana anda bisa memasukkan manual opsi booting Ubuntu. Memory test atau memtest bisa anda gunakan untuk melakukan checking memory di server anda apabila anda curiga ada kerusakan di memory anda
29.Login Prompt Ubuntu server . Setelah proses booting Linux selesai anda akan dihadapkan pada prompt login Ubuntu 14.04. disini anda bisa memasukkan username yang anda buat pada proses instalasi dan password yang juga anda set pada saat instalasi.



30.Console Ubuntu Server .
Apabila login berhasil anda akan masuk ke console atau terminal Ubuntu Server 14.04. Sekarang anda bisa melakukan instalasi aplikasi-aplikasi tambahan untuk server anda sesuai dengan kebutuhan atau rencana penggunaan server ini.




Sekian :v

0 komentar:

Logical Volume Manager (LVM) dan contoh real penggunaannya

01.14 Unknown 0 Comments

Logical Volume Manager (LVM) dan contoh real penggunaannya
Written by maya

Artikel ini ditulis berdasarkan pengalaman penulis karena kehabisan space di partisi /home. Dengan menggunakan LVM (Logical Volume Manager) maka kita dapat menggabungkan partisi lainnya ke dalam partisi /home untuk memperbesarnya. Sebelumnya, mari kita bahas dulu mengenai LVM. LVM adalah singkatan dari Logical Volume Manager. Dengan LVM ini pengaturan space dan partisi dalam harddisk menjadi lebih dari sekedar pengertian tradisional device dan partisi yang biasa kita ketahui selama ini. Secara tradisional, kita mengenal harddisk dari device namenya yaitu /dev/hda, /dev/hdb dstnya utk harddisk IDE dan /dev/sda, /dev/sdb dstnya untuk SCSI, dan partisi2nya seperti /dev/hda1, /dev/hda2, /dev/sda1, /dev/sda2 dstnya.

Tentu ada yang bertanya memangnya apa salahnya dengan pembagian partisi secara tradisional ini? Well, pernah bertanya2 bagaimana schema partisi yang sebaiknya kita pakai di Linux? Tidak jarang pertanyaan ini dijawab dengan kata2 “Pembagian partisi Linux lebih merupakan seni dan pengalaman daripada ilmu pasti”. Mengapa begitu? Sebab kalau kita sampai salah mempartisi, dan kemudian ternyata partisi tersebut habis spacenya, maka akan cukup sulit dan memakan waktu untuk membetulkannya.

Tidak demikian bila kita menggunakan LVM. Dengan LVM, harddisk dibagi2 menjadi beberapa level Volume, yaitu Physical Volume, Volume Group, dan Logical Volume.Terlihat rumit? Jangan khawatir, LVM tidak sesulit yang dibayangkan.

Physical Volume (PV) adalah seperti arti harafiahnya yaitu partisi yang seperti kita kenal yaitu seperti /dev/hda1, /dev/hda2.
Volume Group (VG) adalah satu atau gabungan dari beberapa buah Physical Volume.
Logical Volume (LV) adalah volume2 yang kita buat di dalam Volume Group. LV ini nantinya bisa kita mount sesuai keinginan.

Sekarang bagaimana penerapannya?
Penulis baru2 ini menghadapi kendala dimana partisi /dev/hda6 yang di mount ke /home telah semakin sedikit free spacenya. Berikut ini adalah kondisi partisi berikut mount point harddisk saya sebelum LVM:

Filesystem Size Used Avail Use% Mounted on
/dev/hda5 6.4G 5.4G 617M 90% /
/dev/hda6 12G 10G 2G 83% /home
/dev/hda7 7G 3.1G 3.9G 44% /data
udev 252M 156K 252M 1% /dev
/dev/hda1 9.9G 7.8G 2.1G 79% /winc
/dev/hda2 2.0G 1.6G 397M 81% /wind

Penulis ingin menggabungkan partisi /dev/hda6 dan /dev/hda7 untuk mount point /home. Bagaimana caranya? Dengan menggunakan LVM tentunya.

Berikut ini adalah langkah2nya:
1. Backup dahulu data2 yang ada di partisi /dev/hda6 (/home) dan /dev/hda7 (data). Sebab kita harus mengubah jenis partisinya menggunakan fdisk sehingga data2 yang ada di kedua partisi tersebut akan hilang. Dalam hal ini penulis membackupnya ke sebuah external usb harddisk.
2. Setelah kita memastikan bahwa data2 telah di backup. Kita akan mulai mengubah jenis partisinya dari ext3 ke LVM (8e). Tapi sebelumnya kita pindah dahulu ke run level 3.
init 3
3. Di run level ini kita login sebagai root. Mengapa tidak login sebagai user biasa? Sebab /home akan kita matikan. Kalau kita login sebagai user biasa maka kita tidak dapat meng-umount /home.
4. Umount /home dan /data
umount /home
umount /data
5. Kita mulai mengubah partisi. Perhatian. Pastikan benar2 bahwa kita tidak salah memilih partisi yang akan kita ubah. Dan juga pastikan bahwa kita telah membackupnya.
fdisk /dev/hda

The number of cylinders for this disk is set to 4864.
There is nothing wrong with that, but this is larger than 1024,
and could in certain setups cause problems with:
1) software that runs at boot time (e.g., old versions of LILO)
2) booting and partitioning software from other OSs
(e.g., DOS FDISK, OS/2 FDISK)

Command (m for help):

t

Partition number (1-8): 6
Hex code (type L to list codes): 8e
Changed system type of partition 6 to 8e (LVM)
Ubah lagi untuk hda7

t

Partition number (1-8): 7
Hex code (type L to list codes): 8e
Changed system type of partition 7 to 8e (LVM)

Setelah itu kita save:
w

The partition table has been altered!
Calling ioctl() to re-read partition table.
Syncing disks.

Kita akan kembali ke prompt. Kernel menyimpan informasi partisi di memory, yang dibaca pada saat booting. Bila kita tidak ingin melakukan booting ulang, maka kita bisa menggunakan command ini untuk memaksa kernel membaca kembali table partisi:
partprobe

6. Kita cek apakah sudah benar partisinya:
fdisk -l /dev/hda

Disk /dev/hda: 40.0 GB, 40007761920 bytes
255 heads, 63 sectors/track, 4864 cylinders
Units = cylinders of 16065 * 512 = 8225280 bytes

Device Boot Start End Blocks Id System
/dev/hda1 * 1 1281 10289601 7 HPFS/NTFS
/dev/hda2 1282 1536 2048287+ b W95 FAT32
/dev/hda3 1537 4864 26732160 5 Extended
/dev/hda5 1537 2374 6731203+ 83 Linux
/dev/hda6 2414 3942 12281661 8e Linux LVM <— sudah berubah
/dev/hda7 3943 4864 7405933+ 8e Linux LVM <— sudah berubah
/dev/hda8 2375 2413 313236 82 Linux swap / Solaris

7. Kita mulai membuat LVMnya:
7a. Buat PVnya:
pvcreate /dev/hda6 /dev/hda7

Physical volume “/dev/hda6″ successfully created
Physical volume “/dev/hda7″ successfully created

7a2. Kita dapat melihat statusnya:
pvdisplay

— Physical volume —
PV Name /dev/hda6
VG Name vghome
PV Size 11.71 GB / not usable 0
Allocatable yes (but full)
PE Size (KByte) 4096
Total PE 2998
Free PE 0
Allocated PE 2998
PV UUID f9IDtR-6Xmo-Hnvu-Ou4T-77rW-nhM9-chIdqG

— Physical volume —
PV Name /dev/hda7
VG Name vghome
PV Size 7.06 GB / not usable 0
Allocatable yes (but full)
PE Size (KByte) 4096
Total PE 1807
Free PE 0
Allocated PE 1807
PV UUID 2oN8gs-B77y-Ks1I-LDnc-KBYX-faEN-tAbYhF


7b. Buat VGnya:
vgcreate vghome /dev/hda6 /dev/hda7

Volume Group “vghome” successfully created

7b2. Kita dapat melihat statusnya:
vgdisplay

— Volume group —
VG Name vghome
System ID
Format lvm2
Metadata Areas 2
Metadata Sequence No 2
VG Access read/write
VG Status resizable
MAX LV 0
Cur LV 1
Open LV 1
Max PV 0
Cur PV 2
Act PV 2
VG Size 18.77 GB
PE Size 4.00 MB
Total PE 4805
Alloc PE / Size 4805 / 18.77 GB
Free PE / Size 0 / 0
VG UUID SB7NBc-aqXR-k32e-2K7T-tji8-Y0Nt-6UiLZ4

7c. Buat LVnya:
lvcreate -l 4805 -n lvhome vghome

Logical Volume “lvhome” successfully created

Dari mana kita tahu angka 4805 ini? Ia adalah banyaknya PE (Physical Extend) yang ada di dalam suatu VG. Dalam hal ini penulis memutuskan untuk memakai seluruh PE yang ada untuk LV lvhome.

7c2. Kita dapat melihat statusnya:
lvdisplay

— Logical volume —
LV Name /dev/vghome/lvhome
VG Name vghome
LV UUID Fe4kLr-Xn7R-ewnt-5TZj-4iWl-WIPF-S4qOFo
LV Write Access read/write
LV Status available
# open 1
LV Size 18.77 GB
Current LE 4805
Segments 2
Allocation inherit
Read ahead sectors 0
Block device 253:0

8. Setelah membuat LVnya, kini kita dapat memformatnya. Penulis menggunakan ext3.
mke2fs -j /dev/vghome/lvhome

mke2fs 1.38 (30-Jun-2005)
Filesystem label=
OS type=Linux
Block size=4096 (log=2)
Fragment size=4096 (log=2)
246432 inodes, 4920320 blocks
246016 blocks (5%) reserved for the super user
First data block=0
151 block groups
32768 blocks per group, 32768 fragments per group
16320 inodes per group

writing inode tables: done
Creating journal (32768 blocks): done

9. Kemudian jangan lupa kita update file /etc/fstab. Hapus baris /dev/hda6 dan /dev/hda7. Kemudian ganti dengan:
/dev/vghome/lvhome /home ext3 defaults 1 2

10. Kita pastikan bahwa LVM yang kita buat tersebut dapat berjalan dengan baik dengan cara memboot Linux kita.

11. Setelah boot, coba kita lihat apakah /home telah termount dengan baik, dan juga kita cek free spacenya.
mount

/dev/hda5 on / type ext3 (rw,acl,user_xattr)
proc on /proc type proc (rw)
sysfs on /sys type sysfs (rw)
debugfs on /sys/kernel/debug type debugfs (rw)
udev on /dev type tmpfs (rw)
devpts on /dev/pts type devpts (rw,mode=0620,gid=5)
/dev/mapper/vghome-lvhome on /home type ext3 (rw) <— telah termount dengan baik
/dev/hda1 on /winc type ntfs (ro,noexec,nosuid,nodev,gid=100,umask=0002,nls=utf
/dev/hda2 on /wind type vfat (rw,noexec,nosuid,nodev,gid=100,umask=0002,utf8=true)

Juga cek free spacenya:
df -h

Filesystem Size Used Avail Use% Mounted on
/dev/hda5 6.4G 5.4G 618M 90% /
udev 252M 164K 252M 1% /dev
/dev/mapper/vghome-lvhome
19G 12G 5.8G 68% /home <– telah menjadi 19GB dan setelah kita copy balik data2 ke /home
/dev/hda1 9.9G 7.8G 2.1G 79% /winc
/dev/hda2 2.0G 1.6G 397M 81% /wind


Bandingkan dengan sebelum LVM:

Filesystem Size Used Avail Use% Mounted on
/dev/hda5 6.4G 5.4G 617M 90% /
/dev/hda6 12G 10G 2G 83% /home
/dev/hda7 7G 3.1G 3.9G 44% /data
udev 252M 156K 252M 1% /dev
/dev/hda1 9.9G 7.8G 2.1G 79% /winc
/dev/hda2 2.0G 1.6G 397M 81% /wind

12. Selesai deeehhh… Kini kita telah berhasil menggabungkan 2 buah partisi menjadi 1 buah ‘partisi’ yang lebih besar menggunakan LVM.

Kesimpulan
Dengan adanya LVM maka management partisi menjadi lebih fleksible. Kapanpun kita membutuhkan space tambahan di salah satu partisi, kita akan dapat selalu memperbesarnya bila kita menggunakan LVM. Ada beberapa variasi yang dapat kita lakukan, seperti dengan sengaja tidak mengalokasikan beberapa persen dari space harddisk kita agar nanti dapat kita pakai bila ada salah satu partisi membutuhkannya, dll. Dengan adanya LVM kita tidak perlu khawatir lagi di dalam bagaimana mempartisi Linux kita.

LVM adalah produk yang telah cukup matang. Hal ini dapat kita lihat dimana beberapa distro besar telah menjadikannya default dalam installasinya. Jadi bila kamu akan menginstall Linux, bila memungkinkan gunakanlah LVM.

0 komentar:

Redundant Array Independent Disk

01.09 Unknown 0 Comments

Pengertian Lengkap dan Level RAID (Redundant Array Independent Disk)

definisi dan penjelasan lengkap tentang raid redundant

A. Pengertian RAID

            RAID, singkatan dari Redundant Array of Independent Disk merujuk kepada sebuah teknologi di dalam penyimpanan data komputer yang digunakan untuk mengimplementasikan fitur toleransi kesalahan pada media penyimpanan komputer (terutama hard disk) dengan menggunakan cara redundansi (penumpukan) data, baik itu dengan menggunakan perangkat lunak, maupun unit perangkat keras RAID terpisah. 

Kata “RAID” juga memiliki beberapa singkatan Redundant Array of Inexpensive Disks, Redundant Array of Independent Drives, dan juga Redundant Array of Inexpensive Drives. Teknologi ini membagi atau mereplikasi data ke dalam beberapa hard disk terpisah. RAID didesain untuk meningkatkan keandalan data dan meningkatkan kinerja I/O dari hard disk.

RAID merupakan organisasi disk memori yang mampu menangani beberapa disk dengan sistem akses paralel dan redudansi ditambahkan untuk meningkatkan reliabilitas. Kerja paralel ini menghasilkan resultan kecepatan disk yang lebih cepat.

B. Konsep RAID

           Sejak pertama kali diperkenalkan, RAID dibagi ke dalam beberapa skema, yang disebut dengan “RAID Level“. Pada awalnya, ada lima buah RAID level yang pertama kali dikonsepkan, tetapi seiring dengan waktu, level-level tersebut berevolusi, yakni dengan menggabungkan beberapa level yang berbeda dan juga mengimplementasikan beberapa level proprietary yang tidak menjadi standar RAID.

RAID menggabungkan beberapa hard disk fisik ke dalam sebuah unit logis penyimpanan, dengan menggunakan perangkat lunak atau perangkat keras khusus. Solusi perangkat keras umumnya didesain untuk mendukung penggunaan beberapa hard disk secara sekaligus, dan sistem operasi tidak perlu mengetahui bagaimana cara kerja skema RAID tersebut. Sementara itu, solusi perangkat lunak umumnya diimplementasikan di dalam level sistem operasi, dan tentu saja menjadikan beberapa hard disk menjadi sebuah kesatuan logis yang digunakan untuk melakukan penyimpanan.

Ada beberapa konsep kunci di dalam RAID: mirroring (penyalinan data ke lebih dari satu buah hard disk), striping (pemecahan data ke beberapa hard disk) dan juga koreksi kesalahan, di mana redundansi data disimpan untuk mengizinkan kesalahan dan masalah untuk dapat dideteksi dan mungkin dikoreksi (lebih umum disebut sebagai teknik fault tolerance/toleransi kesalahan).

Level-level RAID yang berbeda tersebut menggunakan salah satu atau beberapa teknik yang disebutkan di atas, tergantung dari kebutuhan sistem. Tujuan utama penggunaan RAID adalah untuk meningkatkan keandalan/reliabilitas yang sangat penting untuk melindungi informasi yang sangat kritis untuk beberapa lahan bisnis, seperti halnya basis data, atau bahkan meningkatkan kinerja, yang sangat penting untuk beberapa pekerjaan, seperti halnya untuk menyajikan video on demand ke banyak penonton secara sekaligus.

Konfigurasi RAID yang berbeda-beda akan memiliki pengaruh yang berbeda pula pada keandalan dan juga kinerja. Masalah yang mungkin terjadi saat menggunakan banyak disk adalah salah satunya akan mengalami kesalahan, tapi dengan menggunakan teknik pengecekan kesalahan, sistem komputer secara keseluruhan dibuat lebih andal dengan melakukan reparasi terhadap kesalahan tersebut dan akhirnya “selamat” dari kerusakan yang fatal.

Teknik mirroring dapat meningkatkan proses pembacaan data mengingat sebuah sistem yang menggunakannya mampu membaca data dari dua disk atau lebih, tapi saat untuk menulis kinerjanya akan lebih buruk, karena memang data yang sama akan dituliskan pada beberapa hard disk yang tergabung ke dalam larik tersebut.

Teknik striping, bisa meningkatkan performa, yang mengizinkan sekumpulan data dibaca dari beberapa hard disk secara sekaligus pada satu waktu, akan tetapi bila satu hard disk mengalami kegagalan, maka keseluruhan hard disk akan mengalami inkonsistensi. 

Teknik pengecekan kesalahan / koreksi kesalahan juga pada umumnya akan menurunkan kinerja sistem, karena data harus dibaca dari beberapa tempat dan juga harus dibandingkan dengan checksum yang ada. Maka, desain sistem RAID harus mempertimbangkan kebutuhan sistem secara keseluruhan, sehingga perencanaan dan pengetahuan yang baik dari seorang administrator jaringan sangatlah dibutuhkan. Larik-larik RAID modern umumnya menyediakan fasilitas bagi para penggunanya untuk memilih konfigurasi yang diinginkan dan tentunya sesuai dengan kebutuhan.

Beberapa sistem RAID dapat didesain untuk terus berjalan, meskipun terjadi kegagalan. Beberapa hard disk yang mengalami kegagalan tersebut dapat diganti saat sistem menyala (hot-swap) dan data dapat diperbaiki secara otomatis. Sistem lainnya mungkin mengharuskan shutdown ketika data sedang diperbaiki. Karenanya, RAID sering digunakan dalam sistem-sistem yang harus selalu on-line, yang selalu tersedia (highly available), dengan waktu down-time yang, sebisa mungkin, hanya beberapa saat saja.

C. Struktur RAID

          Disk memiliki resiko untuk mengalami kerusakan. Kerusakan ini dapat berakibat turunnya kinerja atau pun hilangnya data. Meski pun terdapat backup data, tetap saja ada kemungkinan data yang hilang karena adanya perubahan setelah terakhir kali data di-backup. Karenanya reliabilitas dari suatu disk harus dapat terus ditingkatkan.

Berbagai macam cara dilakukan untuk meningkatkan kinerja dan juga reliabilitas dari disk. Biasanya untuk meningkatkan kinerja, dilibatkan banyak disk sebagai satu unit penyimpanan. Tiap-tiap blok data dipecah ke dalam beberapa subblok, dan dibagi-bagi ke dalam disk-disk tersebut. Ketika mengirim data disk-disk tersebut bekerja secara paralel, sehingga dapat meningkatkan kecepatan transfer dalam membaca atau menulis data. Ditambah dengan sinkronisasi pada rotasi masing-masing disk, maka kinerja dari disk dapat ditingkatkan. Cara ini dikenal sebagai RAID. Selain masalah kinerja RAID juga dapat meningkatkan realibilitas dari disk dengan jalan melakukan redundansi data.

 Tiga karakteristik umum dari RAID ini, yaitu :
  1. RAID adalah sekumpulan disk drive yang dianggap sebagai sistem tunggal disk.
  2. Data didistribusikan ke drive fisik array.
  3. Kapasitas redunant disk digunakan untuk menyimpan informasi paritas, yang menjamin recoveribility data ketika terjadi masalah atau kegagalan disk.

Jadi, RAID merupakan salah satu jawaban masalah kesenjangan kecepatan disk memori dengan CPU dengan cara menggantikan disk berkapasitas besar dengan sejumlah disk-disk berkapasitas kecil dan mendistribusikan data pada disk-disk tersebut sedemikian rupa sehingga nantinya dapat dibaca kembali.

D. Level RAID

        RAID dapat dibagi menjadi 8 level yang berbeda, yaitu level 0, level 1, level 2, level 3, level 4, level 5, level 6, level 0+1 dan 1+0. Setiap level tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya. : 

definisi dan penjelasan lengkap tentang raid redundant

1. RAID level 0
    RAID level 0 menggunakan kumpulan disk dengan striping pada level blok, tanpa redundansi. Jadi hanya menyimpan melakukan striping blok data ke dalam beberapa disk. Level ini sebenarnya tidak termasuk ke dalam kelompok RAID karena tidak menggunakan redundansi untuk peningkatan kinerjanya.

definisi dan penjelasan lengkap tentang raid redundant

2. RAID level 1

    RAID level 1 ini merupakan disk mirroring, menduplikat setiap disk. Cara ini dapat meningkatkan kinerja disk, tetapi jumlah disk yang dibutuhkan menjadi dua kali lipat, sehingga biayanya menjadi sangat mahal. Pada level 1 (disk duplexing dan disk mirroring) data pada suatu partisi hard disk disalin ke sebuah partisi di hard disk yang lain sehingga bila salah satu rusak , masih tersedia salinannya di partisi mirror.

definisi dan penjelasan lengkap tentang raid redundant

3. RAID level 2

    RAID level 2 ini merupakan pengorganisasian dengan error-correcting-code (ECC). Seperti pada memori di mana pendeteksian terjadinya error menggunakan paritas bit. Setiap byte data mempunyai sebuah paritas bit yang bersesuaian yang merepresentasikan jumlah bit di dalam byte data tersebut di mana paritas bit=0 jika jumlah bit genap atau paritas=1 jika ganjil. Jadi, jika salah satu bit pada data berubah, paritas berubah dan tidak sesuai dengan paritas bit yang tersimpan. Dengan demikian, apabila terjadi kegagalan pada salah satu disk, data dapat dibentuk kembali dengan membaca error-correction bit pada disk lain.

definisi dan penjelasan lengkap tentang raid redundant

4. RAID level 3
   RAID level 3 merupakan pengorganisasian dengan paritas bit interleaved. Pengorganisasian ini hampir sama dengan RAID level 2, perbedaannya adalah RAID level 3 ini hanya memerlukan sebuah disk redundan, berapapun jumlah kumpulan disk-nya. Jadi tidak menggunakan ECC, melainkan hanya menggunakan sebuah bit paritas untuk sekumpulan bit yang mempunyai posisi yang sama pada setiap disk yang berisi data. Selain itu juga menggunakan data striping dan mengakses disk-disk secara paralel.

definisi dan penjelasan lengkap tentang raid redundant

5. RAID level 4
    RAID level 4 merupakan pengorganisasian dengan paritas blok interleaved, yaitu menggunakan striping data pada level blok, menyimpan sebuah paritas blok pada sebuah disk yang terpisah untuk setiap blok data pada disk-disk lain yang bersesuaian. Jika sebuah disk gagal, blok paritas tersebut dapat digunakan untuk membentuk kembali blok-blok data pada disk yang gagal tadi. Kecepatan transfer untuk membaca data tinggi, karena setiap disk-disk data dapat diakses secara paralel. Demikian juga dengan penulisan, karena disk data dan paritas dapat ditulis secara paralel.
definisi dan penjelasan lengkap tentang raid redundant
 6. RAID level 5
   RAID level 5 merupakan pengorganisasian dengan paritas blok interleaved tersebar. Data dan paritas disebar pada semua disk termasuk sebuah disk tambahan. Pada setiap blok, salah satu dari disk menyimpan paritas dan disk yang lainnya menyimpan data. Sebagai contoh, jika terdapat kumpulan dari 5 disk, paritas blok ke n akan disimpan pada disk (n mod 5) + 1; blok ke n dari empat disk yang lain menyimpan data yang sebenarnya dari blok tersebut. Sebuah paritas blok tidak menyimpan paritas untuk blok data pada disk yang sama, karena kegagalan sebuah disk akan menyebabkan data hilang bersama dengan paritasnya dan data tersebut tidak dapat diperbaiki. Penyebaran paritas pada setiap disk ini menghindari penggunaan berlebihan dari sebuah paritas disk seperti pada RAID level 4.

definisi dan penjelasan lengkap tentang raid redundant

7. RAID level 6
   RAID level 6 disebut juga redundansi P+Q, seperti RAID level 5, tetapi menyimpan informasi redundan tambahan untuk mengantisipasi kegagalan dari beberapa disk sekaligus. RAID level 6 melakukan dua perhitungan paritas yang berbeda, kemudian disimpan di dalam blok-blok yang terpisah pada disk-disk yang berbeda. Jadi, jika disk data yang digunakan sebanyak n buah disk, maka jumlah disk yang dibutuhkan untuk RAID level 6 ini adalah n+2 disk. Keuntungan dari RAID level 6 ini adalah kehandalan data yang sangat tinggi, karena untuk menyebabkan data hilang, kegagalan harus terjadi pada tiga buah disk dalam interval rata-rata untuk perbaikan data (Mean Time To Repair atau MTTR). Kerugiannya yaitu penalti waktu pada saat penulisan data, karena setiap penulisan yang dilakukan akan mempengaruhi dua buah paritas blok.

definisi dan penjelasan lengkap tentang raid redundant definisi dan penjelasan lengkap tentang raid redundant
8. RAID level 0+1 dan 1+0
    RAID level 0+1 dan 1+0 ini merupakan kombinasi dari RAID level 0 dan 1. RAID level 0 memiliki kinerja yang baik, sedangkan RAID level 1 memiliki kehandalan. Namun, dalam kenyataannya kedua hal ini sama pentingnya. Dalam RAID 0+1, sekumpulan disk di-strip, kemudian strip tersebut di-mirror ke disk-disk yang lain, menghasilkan strip-strip data yang sama.
    Kombinasi lainnya yaitu RAID 1+0, di mana disk-disk di-mirror secara berpasangan, dan kemudian hasil pasangan mirrornya di-strip. RAID 1+0 ini mempunyai keuntungan lebih dibandingkan dengan RAID 0+1. Sebagai contoh, jika sebuah disk gagal pada RAID 0+1, seluruh strip-nya tidak dapat diakses, hanya sebagian strip saja yang dapat diakses, sedangkan pada RAID 1+0, disk yang gagal tersebut tidak dapat diakses, tetapi pasangan mirror-nya masih dapat diakses, yaitu disk-disk selain dari disk yang gagal.

Sekian artikel yang dapat share di malam ini :) sebenernya masih banyak lagi yang mau saya bahas berhubung ada acara di malam minggu ini saya sudahi dulu ya :D hehe semoga bermanfaat ya gan artikel tentang Pengertian Lengkap dan Level RAID (Redundant Array Independent Disk) Jangan lupa komentarnya ya gan ;) hehe

0 komentar: